Rico Juni Artanto atau yang biasa dipanggil Rico Al-azizi lahir di Tuban Jawa Timur pada 06 Juni. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan. Bersama sang kakek dan nenek (Alm. Misbach oel Moenir/Alm.Oemi Kalsum) dulu ia tinggal di pantura.
Taman kanak-kanak Bina Putera merupakan pendidikan pertamanya. Dia mampu mengenal beberapa jenis tarian, berhitung, bernyanyi, mengaji, sholat, dan beberapa aktivitas lainnya. Di sekolah dasar Sukolilo II menuntut sosok pemuda blesteran madura ini berpacu untuk meningkatkan prestasi, pasalnya kelas 2 SD hampir tidak naik kelas. Beranjak kelas 4 SD sosok Rico mulai nampak sebenarnya, pemuda berprestasi.
Bersekolah di SMP N 1 Tuban bukan menjadi hal yang biasa baginya tapi menjadi hal yang luarbiasa. Betapa tidak, sekolah favorit di Tuban dan bahkan beberapa putra daerah lain mencoba beradu di sini. Anak bupati, jaksa, polri, pengusaha berbondong bondong ambil posisi masing-masing di sekolah ini.
Di SMA N 1 Tuban merupakan awal keaktifannya dalam berorganisasi. Di sinilah softskill mulai ditempa. Berbagai kegiatan mulai diikuti, di antaranya menjadi wakil ketua I MPK, bergabung di OSIS, Teater Hitam Putih, Karya Ilmiah, dan Majalah Kampus 'CAKRA'. Akhir cerita merupakan hal yang paling sulit untuk memutuskan lanjut kuliah atau langsung bekerja.
Institut Pertanian Bogor, satu hal yang tak terpikirkan sebelumnya olehnya. Sempat ia akan mengikuti diklat STAN di Malang walaupun sebenarnya Universitas Gadjah Mada merupakan impiannya untuk melanjutkan studinya.
Dibukanya USMI IPB yang hanya membayar Rp 100.000 waktu itu membuatnya mencoba untuk mengikuti proses ini. Alhamdulillah diterima, merupakan satu kebahagiaan tersendiri baginya.
Dia memutuskan untuk memilih IPB sebagai tempat kuliahnya walaupun saat itu keuangan menjadi kendala.
Ternyata yang dulu ia anggap kurang menarik, kini ia mampu melihat dengan kacamatanya bahwa menurutnya IPB merupakan tempat kuliah yang pas baginya. Di IPB ia banyak mengikuti kegiatan-kegiatan, termasuk mengikuti Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia karena FKH merupakan fakultas pilihannya, mengikuti Himpro, DKM An-Nahl, menjadi wakil Ketua BEM FKH 2008-2009, serta menjadi Menteri Kebijakan Kampus BEM KM IPB 2009-2010. Menjadi menteri waktu itu merupakan pengalaman luarbiasa baginya, banyak fenomena-fenomena yang ia ketahui di sibuknya mahasiswa. Kenal dengan orang-orang yang luarbiasa memacunya untuk lebih maju. Kenal dengan ibu dosen IKK yang luarbiasa mengerti mahasiswa, bahwa profesional saja tidak cukup namun pengetahuan hati menurutnya lebih penting. Luarbiasa, dan ia semakin terpacu.
Semangatlah pemuda…karena Allah itu akan selalu ada bersama kita--010211
Tidak ada komentar:
Posting Komentar