Selasa, 20 September 2011

Bidik Misi Berprestasi

Bidik Misi Berprestasi

Jika melihat daftar mahasiswa IPB yang berprestasi di luar negeri pastinya sangat membanggakan sekali. Terlebih mahasiswa-mahasiswa berprestasi tersebut berlatarbelakang dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Tentu saja hal ini dapat menjadi bukti, bahwa keterbatasan ekonomi seseorang tidak berpengaruh terhadap prestasi dan impian untuk meraih kesuksesan.
Tepatnya 19-21 Agustus 2011, tujuh mahasiswa IPB dari beberapa fakultas yang berbeda telah mengikuti call for paper  di sebuah konferensi Internasional di Shanghai- China selama tiga hari. Konferensi Internasional yang dikenal dengan ICEEA 2011 (International Conference on Environmental Engineering and Aplications), merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh APCBEES (Asia-Pacific Chemical, Biological, and Environmental Engineering Society) di Negara-Negara berbeda setiap tahunnya.
Di antara tujuh mahasiswa ini, tiga di antaranya adalah mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi. Tentu saja hal itu berarti bahwa mereka berasal dari keluarga dengan perekonomian yang kurang mampu. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka, maupun bagi orang-orang di sekitar mereka. Ketika di wawancarai, Hevi Metalika Aprilia (SVK 47) mengaku masih belum percaya bahwa dia baru saja pulang dari luar negeri.  “Dulu, saya bahkan tidak berani bermimpi untuk sekedar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Namun, banyak yang mensuport saya, sehingga hanya dengan modal keberanian dan semangat yang tinggi saya mendaftar ke IPB. Alhamdulillah, bidik misi hadir sebagai jawaban atas doa-doa saya kepada-Nya. Begitu sampai di kampus para pejuang ini pun, saya masih begitu takut untuk bermimpi. Jangankan mengikuti perlombaan skala Internasional, yang skala Nasional saja tidak pernah terfikirkan. Tapi semua berjalan sesuai kehendak-Nya, asal kita mau tekun berusaha dan berdoa, hal-hal luar biasa yang tidak pernah terfikirkan pun bisa datang begitu saja. Subhanallah sekali, bahkan Dia memberi apa yang tidak kita pinta. Dan mulai sekarang, aku selalu berani bermimpi. Tentang apapun. Setinggi-tingginya”, begitu penjelasan mahasiswi asal Tuban, Jawa Timur ini.
Berbeda dengan Azfar Reza Muqafa (ESL 47), yang sudah sangat optimis dari awal tentang impian-impiannya. Reza berkata, “Kemampuan seseorang tidak pernah dibatasi oleh fisik ataupun materi, kedua hal itu akan mempengaruhi diri kita untuk tidak memaksimalkan kemampuan yang ada. Karena setiap orang telah diciptakan Allah dengan segala potensi dan kelebihannya masing-masing, yang InsyaAllah semuanya memiliki manfaat yang luarbiasa”.
Mahasiswa ke-3 penerima beasiswa bidik misi yang ikut serta menorehkan prestasi di Negeri Tirai Bambu ialah Riki Cahyo Edy (IE 47). Sebelumnya baru-baru ini juga Riki sebagai ketua kelompok PKM GT yang telah lolos didanai oleh DIKTI tahun 2011. Dengan senyum lebarnya ketika diwawancarai, Riki menyampaikan kesan dan pesannya, “Kegiatan seperti ICEEA 2011 ini ataupun semacamnya, memberikan banyak pengalaman yang bermanfaat. Semoga kegiatan mahasiswa seperti ini dapat menjadi program kerja dari Ditmawa untuk lebih mensosialisasikan kepada mahasiswa menuju IPB sebagai World Class University”.
Dengan adanya prestasi tersebut, diharapkan mampu memicu semangat mahasiswa untuk bisa lebih berprestasi dibidangnya. Faktor ekonomi sudah tidak zamannya lagi dijadikan alasan untuk tidak mampu meraih prestasi dan mimpi. Justru, orang-orang dengan latarbelakang ketidakmampuan pada finansial biasanya memiliki semangat dan impian yang lebih tinggi untuk bisa maju. Yang terpenting adalah niat dan semangat. met-ric.red


Rabu, 20 Juli 2011

Menggali Jejak Inspiratif

Rasanya tak hentinya untuk berkarya. Karya yang hebat adalah karya yang membekas membentuk jati diri. Membentuk  amalan jama'i, tak sebatas goresan tinta. Namun goresan yang membekas tak hanyut oleh derasnya air. Aku bersyukur atas nikmat yang Allah berikan padaku, dan ingin rasanya untuk berbagi kepada adik-adikku. Tekad ini sudah bulat. Aku ingin mereka lebih semangat lagi. Merasakan potensi dirinya. Melalui Pemuda Inspiratif, diriku dapat merasakan itu. Senyum mereka. Semangat mereka, terkadang naik-turun. Wajar, namun sungguh inilah nikmat Allah yang Maha dahsyat. Senang rasanya bersama mereka. Alhamdulillah mulai menuai prestasi. Aku yakin mereka mampu menjadi orang. Orang yang tak sembarang orang, namun orang yang mampu menginspirasi. Mengajak yang lain untuk berbuat. Berbuat apa adanya. Dengan segala kemampuannya. Hidup ini harus kita ukir dengan indah bersama. Selalu kita melupakan sesama. Entah demi prestasi atau posisi. Jarang rasanya menikmati kebersamaan. Bersama bergandengan. Bersama menginspirasi. Jangan malu untuk bersama. Bersama membangun peradaban dengan amalan-amalan jama'i kita. Sungguh, alangkah senangnya kita semua berbondong-bondong memasuki surgaNya bersama. 


Catatan: Pemuda Inspiratif, Juli 2011

Oleh: Rico Juni Artanto

Senin, 27 Juni 2011

Operasi Yustisi: Solusi Tragis Pasca Urbanisasi di Jakarta


Operasi Yustisi: Solusi Tragis Pasca Urbanisasi di Jakarta
Oleh : Rico Juni Artanto
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Panorama Jakarta menjadi sasaran empuk bagi penduduk daerah. Wisatawan mancanegara pun kerap lengket dengan hiruk pikuk ibu kota. Pecinta bisnis dari berbagai kalangan mulai “gelar” tikar pasca kabar memarak bahwa Jakarta akan menjanjikan hidup semakin lebih layak. Utamanya menjelang lebaran, pasukan daerah mulai menyisiri ibu kota. Seperti yang dilansir oleh Suara Pembaharuan 2010 bahwa sekitar 2,35 juta orang menyerbu Jakarta selama arus balik Lebaran 2010. Dari jumlah itu, sekitar 55.700 orang di antaranya merupakan pendatang baru musiman.
Data Posko Angkutan Lebaran Dishub DKI Jakarta juga menyebutkan, jumlah warga Ibukota yang mudik pada Lebaran 2010 mencapai 2,3 juta orang. Sedangkan, jumlah arus balik mencapai 2.355.700 orang. Sehingga, terdapat tambahan pendatang sekitar 55.700 orang. Fenomena ini yang melatarbelakangi munculnya kebijakan sepihak.
Operasi Yustisi merupakan sarana aturan tertib administrasi bagi pendatang yang sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil dan Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 32 tahun 2010 tentang Pelaksanaan OYK dan Penertiban Terpadu Dalam Rangka Penanggulangan Urbanisasi. Pada bulan Juni terjaring sebanyak 150 penduduk Jakarta Timur pasca Operasi Yustisi yang diadakan 9 Juni 2011 lalu. Selama ini sudah banyak yang menjadi korban Operasi Yustisi. Tak tanggung-tanggung, bagi para pendatang illegal berdasarkan  Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil serta Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2005 akan dijatuhi denda maksimal 5 juta dan sanksi pidana 3 bulan penjara. Memang ironis, ternyata ibu kota belum adil.
Berbagai protes warga menuai terhadap pelaksanaan Operasi Yustisi. Operasi ini belum mampu menjadi solusi bagi urbanisasi. Secara data memang mengalami penurunan di tahun 2006. Pada tahun 2006 hanya terjadi peningkatan 124.427 penduduk baru. Angka itu lebih kecil dibandingkan tahun 2005 yang mengalami pertambahan penduduk 180.767 jiwa. Namun jika dilihat dari aspek sosial ekonomi justru memiliki dampak yang lebih terhadap pendatang. Kebutuhan mereka untuk datang ke ibu kota tak luput untuk mencari nafkah untuk dapat bertahan hidup. Perekonomian dirasa kurang merata di daerah. Pusat ekonomi untuk saat ini terbatas di sentral kota atau ibu kota negara. Alasan logis ini yang mendorong motif mereka bergerak menuju pusat perekonomian negara. Memang berbeda dengan beberapa negara di dunia, pusat perekonomian dan bisnis tidak satu lokasi dengan ibu kota negara. Dengan ini seharusnya pemerintah tidak bertindak sepihak terhadap para pendatang ilegal. 
Pemerintah seharusnya melakukan tindakan edukasi kepada penduduk illegal ibu kota dengan mengadakan sosialisasi kependudukan terpadu secara masif. Sehingga penduduk akan lebih faham terhadap pentingnya identitas kependudukan pasca urbanisasi. Selain itu pemerintah sekarang juga harus mulai memikirkan serta bertindak terkait pemerataan ekonomi daerah. Terkesan daerah kurang menjanjikan bagi mereka. Namun di satu sisi kebutuhan mereka semakin besar. Pemerintah harus memikirkan keberadaan mereka. Jangan hanya main gusur pukul rata masuk penjara sementara tidak melihat dari sudut pandang psikologi mereka. Mental mereka akan jauh lebih tertekan saat itu. Jika mampu mereka justru baiknya dikembangkan dalam rangka pemberdayaan masyarakan urban dan peningkatan perekonomian ibu kota. Jadikan sosok ibu kota yang damai sejahtera bukan sosok yang menyeramkan karena hukum yang saklak ditegakkan, karena Jakarta milik kita semua.

-Semoga tulisan singkat ini mampu memberikan inspirasi pemerintah-

Sabtu, 14 Mei 2011

Bulog: Posisi Strategis, Harus Solutif

Bulog: Posisi Strategis, Harus Solutif
Tak dapat dipungkiri, beras menjadi salah satu komoditi strategis, ekonomis, bahkan politis. Revitalisasi kebijakan pengadaan gabah/beras sebagai awalan tahun 2008 silam justru seharusnya mampu menjawab tantangan ketahanan pangan tiap tahunnya. Namun sungguh ironis dengan maraknya impor besar-besaran. Pada posisi ini Bulog memiliki peran penting. Peran Bulog sampai saat ini belum sepenuhnya optimal. Parahnya impor beras agaknya sudah menjadi tradisi. Peran stabilisasi harga masih diragukan, termasuk operasi pasar yang lamban. Pengaturan stok beras belum menjamin berjalan dengan baik. Tetap saja, Bulog impor beras. Bulog kerap lepas target. Penyerapan target 3,2 juta ton di tahun 2010 praktis macet, hanya mampu menyerap 1,89 juta ton beras saja. Pasalnya Bulog beraninya tebang pilih soal serap menyerap beras. Bulog tak mau menyerap beras petani di bawah standar. Giliran produksi bagus dengan harga di atas Harga Pokok Pembelian (HPP), Bulog nyaris bisu. Inginnya tetap eksis impor beras. Keberpihakan Bulog kepada luar negeri justru menimbulkan maraknya eksistensi tengkulak terhadap petani.  Bulog menjadi sahabat petani rasanya miris karena jauh dari kenyataan.
Tahun 2011, Bulog menargetkan sebesar 3,5 juta ton beras. Angka ini lebih besar dibanding tahun sebelumnya yang mematok sebesar 3,2 juta ton beras. Semoga tak hanya iming-iming belaka, jadi perlu kerja keras dengan targetan yang meningkat. Bulog harus memberikan apresiasi lebih ke petani dengan mengupayakan fungsi kebijakan secara adil. Kebijakan komersial Bulog diharapkan mampu mengimbangi operasi pasar sekaligus memberikan solusi ke petani. Sehingga Bulog tak hanya nurut saja dengan standar baku tanpa harus menganalisis dampaknya terlebih dahulu. Terlebih pemerintah juga telah menyiapkan anggaran cadangan risiko fiskal sebesar 2 T di tahun 2011. Selain itu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) produksi padi tahun 2011 sebesar 67,31 juta ton gabah kering giling naik 895,86 ribu ton (1,35 persen) daripada tahun 2010. Bisa diprediksikan produksi beras tahun ini mencapai 38,1 juta ton atau surplus 3 – 4 juta ton. Tak ada alasan lagi Bulog berkelit soal penyerapan beras tahun ini. Impor bukan menjadi solusi kebijakan, jika prediksi yang matang ini sudah menjadi acuan. Kondisi ini memungkinkan Bulog untuk memperkuat posisi. Bulog jangan jaga image. Jika diperlukan terjun ke masyarakat petani, segera dilakukan. Jangan hanya sibuk ngantor saja. Studi lapang ini dalam rangka pembangunan kembali mitra yang baik. Hal-hal yang menjadi penghambat segera diketahui sampai dasar dan langsung berupaya untuk segera mencari solusinya. Dengan cara ini Bulog akan mampu menjalankan mitra baiknya dengan petani.
Operasi pasar melalui kebijakan Raskin, diharapkan mampu memasok beras secepatnya dengan harga terjangkau oleh masyarakat miskin. Namun disadari atau tidak, Raskin sampai saat ini masih menimbulkan polemik. Betapa tidak, Raskin yang kini dijatah 15 kg per KK Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) justru banyak mengalami penyusutan, bahkan sampai susut 5 kg. Entah apa penyebabnya dan siapa dalangnya, seharusnya Bulog cepat bertindak mengambil kebijakan untuk kasus ini. Belum selesai soal kuantitas Raskin, kualitas beras juga banyak diperbincangkan. Bulog, dalam hal ini harus serius menyikapi. Bukan semata-mata karena untuk orang miskin lantas masyarakat harus dibodohi dengan kuantitas serta kualitas beras Raskin. Sungguh ironis jika Bulog memiliki niatan demikian. Distribusi Raskin juga menuai keresahan pasca molornya distribusi beras ke lokasi. Sehingga perlu meningkatkan sistem distribusi dari hulu ke hilir secara terpadu dengan kontroling yang super ketat. Dikhawatirkan Bulog sudah optimal namun pihak-pihak lain justru mengambil kesempatan karena lemahnya sistem yang telah dibangun.
Rangkaian alur cerita di atas belum tutup begitu saja, karena justru keterlibatan pemerintah sebagai pemangku kebijakan sangatlah berperan. Kekuatan Bulog dalam memegang perannya sangat tergantung dengan pemerintah. Bulog yang kini sebagai Perum justru hanya mengekor dengan apa yang diintruksikan oleh pemerintah. Jika Bulog salah praktis pemerintah sembunyi tangan. Belum lagi fungsinya yang kurang optimal, Bulog kurang memberikan kebijakan yang solutif di masyarakat. Seharusnya posisi Bulog saat ini sangatlah strategis dengan beberapa aspek yang mendukung. Sebelumnya fungi Bulog adalah menjaga stabilitas harga beras dan komoditi lainnya. Namun kini Bulog telah menjadi Perum dan fokus pada ketahanan pangan komoditi beras. Kini, pemerintah harus mengupayakan untuk tetap mengembalikan posisi Bulog agar lebih berperan sebagai penyangga beras nasional, dan dapat menjaga stabilitas harga beras yang bisa dijangkau masyarakat. Bulog juga harus menjalankan fungsinya dengan baik. Posisi ini yang seharusnya dapat dimanfaatkan Bulog secara optimal. Jangan lambat, perlu kreativitas bagi Bulog dalam menjalankan misinya. Jika memang perubahan posisi ini dirasa kurang menguntungkan, pemerintah harus siap optimalkan posisi Bulog sebelumnya. 

Oleh: Rico Juni Artanto
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Selasa, 03 Mei 2011

Saeni, penemu bibit unggul padi

Saeni, Penemu Bibit Padi UnggulLiputan6.com, Purbalingga: Tak banyak sarjana yang bersedia pulang kampung dan membangun kampungnya. Namun, Saeni adalah satu di antaranya. Ia memobilisasi para petani untuk kembali ke pertanian organik yang ramah lingkungan.

Usai menuntut ilmu, sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu pulang ke kampungnya. Kandidat peraih Liputan 6 Awards 2011 bertekad memajukan pertanian dan menaikan derajat petani di tanah leluhurnya, Purbalingga, Jawa Tengah. 

Berbekal sepeda onthelnya, setiap hari Saein menyambangi sawah milik keluarga di Kecamatan Bukateja, Purbalingga. Saat musim panen hampir tiba, ia memeriksa langsung kualitas padi miliknya. 

Ia juga korbankan karir sebagai peneliti di Balai Penelitian Padi Sukamandi demi membina 800 petani di wilayah itu. Saein tak bergantung pada bantuan pemerintah atau asing. Ia merogoh koceknya yang tak seberapa untuk riset pupuk dan pestisida organik, serta juga bibit padi berkualitas nomor wahid. 

Bagi Saein, segala karya dan temuannya dicurahkan sepenuhnya untuk para petani di kampungnya. Saein berupaya mengembangkan pertanian ramah lingkungan, dengan membuat pupuk dan pestisida organik. 

Untuk mempercepat penyebaran informasi kepada petani, ia kerap memberikan materi kepada penyuluh lapangan Dinas Pertanian, lengkap dengan praktiknya. Kini, sudah 20 hektare sawah digarap secara organik . 

Tak hanya pupuk dan pestisida alami, prestasi lain petani peraih Kehati Award 2009 itu adalah menemukan varietas baru bernama padi mutiara—varietas yang terbukti sangat menguntungkan petani.

Saein tak pernah berpangku tangan. Ia terus melakukan riset dan penelitian. Bukan untuk mencari pengakuan diri, tapi semata-mata untuk kemandirian para petani di sekelilingnya.(SHA) 

Hari pendidikan: Harga diri anggota dewan dipertanyakan

Hari pendidikan: Harga diri anggota dewan dipertanyakan
Tetap saja ngotot, rencana pembangunan Gedung DPR yang rencananya menelan anggaran sebesar 1,138 T padahal banyak menuai kontra. Pasalnya gedung DPR saat ini kurang memadai. Padahal menurut para ahli gedung DPR diperkirakan masih layak pakai sampai tahun 2020. Selanjutnya pembangunan gedung baru bukan keperluan mendesak. Ditambah pimpinan sidang yang kurang bijaksana dalam meramu pendapat. Walkout beberapa fraksi perlu diuji lanjut. Tak cukup itu, beberapa komisi DPR bakal berbondong ke luar negeri. Sebut saja kunjungan estafet komisi I DPR yang menelan anggaran 4,5 M ini agaknya kontroversial. Sangat miris sang pejuang rakyat kita justru berfoya foya. Lantas sebaiknya seperti apa?
            Sekadar menyadarkan para pemangku kepentingan di parlemen. Sudah saatnya mulai berkaca dari sekarang. Momentum 2 Mei semoga menyurutkan niatan, karena masih banyak tugas-tugas dalam rangka optimalisasi pendidikan di Indonesia. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu parameter. Tahun 2009 Indonesia menempati posisi darurat, turun dari posisi ke-105 ke-111. Pemerintah mulai konsentrasi dengan masalah pendidikan. Tahun ini pendidikan dianggarkan sebesar 20,2%, praktis lebih besar dari Singapura. Namun mengapa pendidikan di Indonesia belum berkembang pesat?
Pendidikan merupakan salah satu indikator IPM sehingga perlu konsentrasi dan gerakan massif dalam rangka mendukung mutu pendidikan. Masih banyak masalah pendidikan yang harus dikaji. Selain kurikulum serta masalah lain, fasilitas yang memadai juga menentukan kelancaran studi. Dana pemerintah saja rasanya kurang realistis jika harus difokuskan ke arah sana semua. Sehingga perlu kerjasama dari “wakil rakyat”. Bagi yang merasa dirinya “wakil rakyat” dia pasti tahu skala prioritas untuk masyarakat ketimbang Gedung Baru DPR atau wisata ke luar negeri. Sungguh ironis.
Masih banyak fasilitas-fasilitas pendidikan yang kurang memadai. Kekurangan kelas serta perbaikan gedung sekolah masih banyak yang belum mendapatkan perhatian. Di daerah Banyumas masih terdapat beberapa sekolah yang butuh penambahan kelas dan perbaikan gedung sekolah. Hal yang sama juga dirasakan oleh pihak sekolah di daerah Tangerang yang menghimbau untuk penambahan kelas. Belum lagi minimnya fasilitas di daerah marginal. Akses informasi pendidikan mapet. Perpustakaan sekolah belum mampu menjadi cerminan gudang informasi ilmu. Layanan internet masuk desa pun masih minim. Sungguh miris, seharusnya level ini lebih mudah untuk diselesaikan.
Sosok Andrea Hirata dalam novelnya bertajuk Laskar Pelangi mampu menginspirasi bangsa Indonesia. Tidak hanya sekadar novel belaka, dalam dunia perfilman pun agaknya menjadi perhatian besar. Pesan yang disampaikan sungguh sesuai dengan kondisi pendidikan Indonesia. Seharusnya anggota dewan segera cuci otak dengan keberadaan fenomena ini. Mulailah dengan peduli terhadap aspirasi rakyat. Sangat perlu bagi anggota dewan sesekali bertandang ke gubug pendidikan, sembari ngopi biar tak ngantuk saat sidang. Jika kurang percaya segera dibuktikan.
Perlu adanya rasionalisasi kebijakan bagi penguasa parlemen. Anggota dewan harus berpikir jauh terhadap kebijakan yang diambil. Hal ini yang akan menentukan penerimaan publik terhadap keberadaannya di parlemen. Perlu optimalisasi kinerja anggota dewan. Jangan minta lebih kalau tidak bertarget. Kesadaran ini harus dipupuk dari sekarang. Butuh empati anggota dewan dalam rangka kemajuan pendidikan Indonesia. Sehingga tidak ada lagi laporan-laporan murahan terkait fasilitas pendidikan karena seharusnya lebih mudah teratasi. Selanjutnya harus mampu bergerak bersama dalam menekan macetnya akses pendidikan bagi kalangan pinggiran. Karena selama ini diyakini akses pendidikan lebih terjangkau oleh kalangan elit, termasuk bagi anak mereka yang duduk di parlemen. Merujuk dari pernyataan Peter M. Senge peneliti dari Amerika dalam sebuah bukunya berjudul The Fifth Discipline: The art and practice of the learning organization menegaskan bahwa aset yang paling berharga di dalam sebuah organisasi adalah manusia (people), selebihnya hanya sebatas alat. Ini menjadi masukan bagus bagi Indonesia betapa pentingnya dalam mempersiapkan Sumberdaya Manusia yang berkualitas dalam rangka Indonesia yang lebih maju. Penting bagi anggota parlemen. Butuh keseriusan, tenaga serta alokasi anggaran yang lebih dalam mewujudkan taraf pendidikan berkualitas. Sehingga niatan untuk membangun istana DPR sejatinya perlu kajian ulang. Jika tetap ngotot maka harga diri DPR perlu dipertanyakan. Rakyat butuh janji tak hanya spekulasi.

Rico Juni Artanto
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Hardiknas: DPR Perlu Cuci Otak

Hardiknas: DPR Perlu Cuci Otak
Polemik rencana pembangunan Gedung Baru DPR sungguh fenomenal. Hingga kini kasus ini menjadi perdebatan panjang. Aktivitas DPR agaknya terkuras, hanya soal ngotot pembangunan gedung. Dana yang dibutuhkan tak sedikit. Butuh 1,138 T untuk membangun gedung beserta fasilitas di dalamnya. Tiap kepala dianggarkan kurang lebih 800 juta untuk tiap ruangannya. Padahal angka ini terlalu “lebay”. Pembangunan untuk per kepala seharusnya mampu maksimal 400 juta oleh salah seorang arsitek sekaligus penelfon salah satu acara di stasiun televisi swasta beberapa minggu lalu. Sungguh ironis, agaknya perlu cuci otak buat aggota dewan kita.
Momentum 2 Mei atau Hari Pendidikan Nasional merupakan bentuk refleksi pendidikan Indonesia. Saatnya pendidikan Indonesia mulai berbenah. Segera menutup kekurangan yang belum terselesaikan. Masih banyak masalah-masalah seputar pendidikan Indonesia. Program pendidikan berkelanjutan butuh dukungan penuh dari pihak pemerintah. Pemerintah sudah mengupayakan berbagai macam penyelesaian termasuk salah satunya dengan peningkatan anggaran pendidikan di tahun 2011 menjadi 20,2% dari total anggaran. Namun beberapa belum optimal sehingga perlu kekuatan lain untuk menggebrak kualitas sektor pendidikan. Di sinilah peran wakil rakyat dipertanyakan.
Pendidikan menjadi salah satu parameter Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indonesia harus kerja keras dalam ketertinggalan IPM dengan negara tetangga. Tahun 2009 Indonesia menempati urutan ke 111 sementara Malaysia jauh di depan Indonesia. Banyak yang harus diperbaiki pada sektor pendidikan. Pemerataan fasilitas pendidikan salah satu parameter. Masih yang harus diselesaikan, termasuk banyak gedung rusak, fasilitas kelas belum memadai, serta kurangnya ruang kelas. Di Surabaya pada tahun 2010 tercatat terdapat 103 sekolah rusak dan yang diperbaiki hanya 35 unit. Sedangkan tahun 2011  tercatat sampai saat ini terdapat 312 sekolah rusak dan yang diusulkan perbaikan hanya 55 unit. Ini baru kota Surabaya. Lebih parah lagi jika ditotal seluruh Indonesia. Disebutkan lagi pada tahun 2011 kerusakan ruang kelas di Indonesia masih mengkhawatirkan. Kerusakan ini terdiri dari ruang kelas SD yang rusak terdata 187.855 ruang dari total 895.761 ruang kelas sedangkan di SMP terdapat 39.554 ruang rusak dari 192.029 ruang kelas. Apakah fakta ini kurang membuka hati antek-antek di perlemen? Padahal jika dikonversikan 1,138 T dapat membangun sebanyak 7500 lebih RKB (ruang kelas baru) dengan asumsi sebesar 600 juta menghasilkan 4 ruang kelas baru. 
Cerminan di atas merupakan awalan dari satu aspek penyebab lumpuhnya pendidikan di Indonesia. Masih banyak lagi masalah, termasuk angka putus sekolah, pemerataan dan kesejahteraan guru dan lain-lain. Sehingga bukan main-main, memang perlu membutuhkan kerja keras serta anggaran dana yang ekstra.
Rencana pembangunan menara kembar (Twin Tower) justru menjadi ancaman. Banyak masyarakat menolak rencana pembangunan istana ini. Seharusnya anggota dewan membuka hati tanpa kepentingan fraksi. Ini soal rakyat bukan parpol. Soal rakyat, wakil rakyat wajib mendengarkan aspirasi rakyat sekaligus mengedepankan kepentingan rakyat. Jika rakyat kelaparan hanya karena sesuap nasi maka wakil rakyatlah yang introspeksi. Tidak sekadar mangkring atau numpang tidur di kursi parlemen namun ini merupakan amanah. Tentunya amanah akan dipertanggungjawabkan kelak. Teringat sosok inspiratif presiden Iran Ahmadinejad dalam wawancaranya oleh TV Fox (AS) perihal kehidupan pribadinya. Sang presiden mengatakan:
“Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?”
Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya:
“Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”
Melihat alotnya ganti pendapat di DPR semoga sosok pemimpin Ahmadinejad memberikan inspirasi. Situasi yang kurang mendukung membutuhkan akal sehat. Butuh pertimbangan yang sehat dalam mengambil kebijakan. Potret pendidikan bangsa harus segera diselamatkan. Jika DPR berhati besar dan segera meninjau ulang rencana pembangunan gedung baru demi masyarakat maka patut disebut “Dewan Perwakilan Rakyat”. Namun jika tetap kekeuh dengan pendapatnya perlu kita panggilkan gembong NII. DPR perlu cuci otak.

Rico Juni Artanto
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor

Senin, 25 April 2011

Workshop dan kompetisi Entrepreneurship 2011

http://cda.ipb.ac.id/ina/home.php?module=detailberita&id=211


Acara dilaksanakan pada:
Hari       : Selasa
Tanggal : 26 April 2011
Tempat  : Auditorium Sylva Pertamina, Fakultas Kehutanan
Pukul     : 08.00 WIB - selesai

Pendaftaran di sekretariat CDA

Informasil lebih lanjut 0251-8623327/8627446
CP : Lia dan Bayu

ADVOKASI

Pengertian advokasi menurut Webster's New Collegiate Dictionary adalah sebagai tindakan atau proses untuk membela atau memberi dukungan. Dalam hal ini untuk kepentingan publik (public interest). Advokasi memiliki peranan penting dalam upaya mengingatkan serta mendesak negara dan pemerintah/institusi untuk selalu konsisten dan bertanggungjawab melindungi dan menyejahterakan seluruh warganya. Advokasi dapat berupa pendidikan penyadaran serta pengorganisasian, pemberian bantuan hukum yang mengedepankan pembelaan hak rakyat, serta melobi ke pusat dalam mengambil keputusan. Hal mendasar dari advokasi adalah informasi, opini publik, serta bahan masukan. 
Advokasi juga menjadi "pengawas" di garis depan dalam hal memperoleh informasi terhadap apa yang sedang dilakukan sehingga memberikan cukup waktu untuk melakukan pembahasan serta antisipasi sebelum kebijakan diperdebatkan. Hal ini menjadi poin penting dalam rangka efektifitas kinerja dari advokasi.
Dalam mengidentifikasi masalah terdapat beberapa tahapan, yaitu:
1. Informasi, dapat berupa saran, kuesioner, komunikasi dengan legislatif,dll
2. Masalah, segeralah merumuskan beberapa pokok masalah.
3. Identifikasi masalah, dapat berupa "cast a wide net", survei anggota, FGD, jangka waktu isu,koalisi, dll
4. Survei, dari sini didapatkan prioritas isu yang akan diadvokasi berdasarkan kriteria serta rasionalisasi.
5. Focus Group Discussion, membahas solusi langsung terhadap masalah yang disepakati.
6. Strategi dan aksi, termasuk propaganda.

Merumuskan kelompok sasaran merupakan salah satu strategi advokasi. Terdapat dua jenis, yaitu advokasi dalam dan luar. Advokasi dalam terdiri dari pertemuan dengan pembuat kebijakan atau pemberian analisis dan informasi di lembaga, sedangkan advokasi luar meliputi pengaruh terhadap media massa, pengembangan aktivitas akar rumput, serta membangun koalisi. Advokasi harus mempunyai targetan, sehingga dalam pelaksanaan advokasi tidak membabi buta seperti "orang mabok". Hal terakhir dalam advokasi adalah publikasi, distribusi, serta evaluasi. Dalam publikasi, diharapkan setiap press release mampu menembus media-media strategis sekaligus bobot tulisan yang bermutu sehingga menjadi santapan pembaca. Selanjutnya akan lebih bagus jika publikasi ini terdistribusi ke semua lapisan masyarakat, termasuk pembuat kebijakan. Evaluasi dalam advokasi sangatlah penting dalam upaya memperbaiki pola gerak advokasi serta bentuk refleksi.

Semangat!!! pasti kita bisa...

Rico Al-Azizi

refleksi pemuda

Hilangkan malas yang menderita, kobarkan semangat berkarya....kita adalah modal mendasar yang kadang kita lupa bahwa kita memiliki potensi lebih besar. Organisasi merupakan salah satu wadah strategis. Niatkan "bergerak untuk maju" dan jangan mudah terpengaruh "gembosan" virus, virus malas. Malas menjadi awal rusaknya SDM bangsa, harus disadari itu. Butuh perjuangan yang signifikan jika ingin berubah. Jangan memaknakan perubahan hanya sekedar memakai topeng. Kalian adalah pemuda, betapa pemuda memiliki sejarah penting. Tepatnya 20 Mei 1908 berdirilah organisasi pemuda pertama Budi Utomo oleh pemuda mahasiswa lembaga STOVIA. Sejarah 28 Oktober 1928 merupakan miniatur bersejarah persembahan dari pemuda untuk Indonesia. Sumpah pemuda, ya! sumpah yang dicetuskan ketika kongres pemuda II di Jakarta. Peristiwa Rengasdengklok sepertinya masih terbersit di benak kita. Tragedi penculikan bung karno-hatta tahun 1945 menjadi momentum proklamasi kemerdekaan. Sengaja ide ini menjadi alternatif oleh pemikiran pemuda saat itu melalui obrolan semut yang berawal di bangku asrama. Angkatan'66, ya benar! Nama ini agaknya familiar jika kita mereaktualisasi tahun 1966 atau tumbangnya Orde Lama menjadi Orde Baru. Selanjutnya gerakan ini menjadi awal terbentuknya gerakan nasional. Ganyang korupsi, satu porsi tambahan Tritura oleh pemuda 1974. Tahun 1987-1990 merupakan trobosan kembali gerakan pemuda menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus. Sehingga saat itu demonstrasi dalam kampus tak terbatas ruang. Reformasi dan penghapusan KKN tahun 1998 merupakan bukti keseriusan pemuda dalam penegakan negara berdaulat. Gerakan dahsyat ini mengundang banyak masyarakat untuk mampu berfikir logis. Sampai akhirnya kepada pemilu 1999 gerakan pemuda memiliki arti penting. Wahai pemuda bersemangatlah dalam setiap kehidupan. Niatkan keikhlasan, serta junjung kebenaran. Berawal dari sini kita samakan persepsi, karena segala sesuatunya mampu kita pecahkan. Atas doa dan usaha,,,,Allahu Akbar!!!!!!

Kamis, 17 Maret 2011

Lomba Karya Ilmiah Remaja ke-43 Tahun 2011

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan AJB Bumiputera 1912 akan menyelenggarakan Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-43 Tahun 2011. LKIR adalah ajang kompetisi ilmiah bagi remaja Indonesia usia 12-19 tahun yang memiliki ketertarikan di dunia penelitian, guna meningkatkan kesadaran dan kemampuan mereka dalam menganalisa permasalahan dan mencari solusi yang tepat melalui penelitian dan aplikasi iptek. Setiap peserta harus mengikuti semua persyaratan yang tercantum pada informasi di bawah ini sebelum membuatscientific paper/karya tulis ilmiah. Rangkaian pelaksanaan lomba berupa:
  1. Peserta mengirimkan proposal penelitian kepada panitia lomba :16 Mei 2011
  2. Proposal yang lolos seleksi akan dilakukan pembimbingan minimal 3 (tiga) bulan oleh pembimbing (yang ditentukan LIPI) melalui komunikasi jarak jauh seperti via electronic mail dan telepon : Juni-September 2011
  3. Hasil akhir penelitian berupa karya tulis ilmiah akan diseleksi kembali untuk diundang mengikuti presentasi/expose sebagai Finalis di Jakarta : 23 September 2011
  4. Finalis melakukan presentasi hasil penelitian mereka dihadapan Dewan Juri berupa paparan Power Point dan Poster hasil penelitian : 3 Oktober 2011
  5. Pemenang akan diumumkan pada malam penganugerahan : 4 Oktober 2011

Senin, 07 Maret 2011

The Student Journal of Dale Bumpers College of Agricultural, Food and Life Sciences CALL FOR PAPERS

DISCOVERY 
The Student Journal of Dale Bumpers College
of Agricultural, Food and Life Sciences
CALL FOR PAPERS
DEADLINE: April 29, 2011

WHO CAN SUBMIT ARTICLES?
Undergraduate students who conduct research and creative projects in cooperation with
a faculty mentor in Bumpers College or the Division of Agriculture

Students who received a Bumpers College Undergraduate Research Grant
(URG) are expected to submit articles based on the results of their URG projects

WHAT IS DISCOVERY?
A journal for publication of research and creative projects by undergraduate students
in cooperation with a faculty mentor in Bumpers College or the Division of Agriculture

An opportunity to publish research accomplishments in a citable format

A way to develop skills needed in graduate school or to enhance the value of a
bachelor’s degree in the job market

HOW DO YOU SUBMIT A PAPER?
“Instructions for Authors” for DISCOVERY 2011 submissions are found on the Bumpers

The deadline is April 29, 2011 for articles to be considered for the 2011 issue of
DISCOVERY.

Send two hard copies of the manuscript, including a short personal biography
(see past issues for examples), and an electronic file to Gail Halleck, Communication
Services, 110 Agriculture Building, University of Arkansas, Fayetteville, Ark., 72701.
Precisely follow “Instructions for Authors” in the back of the last issue or on the
Web page above. A short personal biography must be submitted by every student
author/co-author.

Make a photo appointment with Fred Miller, Communication Services, 575-4732.

Every student author/co-author must have a photo taken by Fred Miller.

QUESTIONS?
For examples of published DISCOVERY articles, visit http://arkansasagnews.uark.edu/397.htm to view the Current issue or follow the links beneath archived issues.

Call or email Gail Halleck, Managing Editor, 575-5647 (ghalleck@uark.edu)

Jumat, 25 Februari 2011

Salafi Mesir Ingin Merubah Pandangan Politiknya

Revolusi Mesir kemarin rupanya tidak hanya merubah peta politik di Mesir dan Timur Tengah, tapi mulai menggoyahkan pandangan kalangan salafi dalam masalah sosial politik.

Dai salafi Mesir ternama, Muhammad Hassan, meminta para syaikh salafi meninjau ulang kembali sejumlah pemikiran dan pandangannya untuk masuk dalam kancah politik dan bepartisipasi dalam pemilihan presiden dan anggota parleman yang akan datang.

Hal tersebut disampaikan dalam muktamar Salafi di Manshurah yang sedianya ditujukan untuk mempertahankan pasal 2 UU Mesir agar tidak diamandemen, berubah menjadi moment untuk meninjau kembali sejumlah pandangan baku di kalangan salafi. Muktamar mereka kali ini dari segi pengorganisasian dan tampilan menyerupai Ikhwanul muslimin.

Pada hari Jumat lalu, Hasan berkata, "Saya memohon para masyaikh (guru) kami untuk meninjau ulang kembali sejumlah pandangan yang telah dimiliki sejak sekian tahun lalu, seperti pencalonan anggota DPR dan MPR, serta pencalonan presiden. Saya memohon kepada para masyaikh untuk berkumpul merumuskan dasar-dasar agar para pemuda kita dapat keluar dari fitnah dan simpang siur yang mereka hadapi beberapa hari yang lalu. Para pemuda kita dibuat bingung, syaikh ini berkata begini, sedangkan syaikh yang itu berkata begitu. Pandangan dan ijtihad yang banyak tersebut membuat para pemuda kita menjadi bingung." Demikian ungkap Hasan seperti dikutip oleh harian Al-Yaum As-Sabi.

Dia juga menambahkan, "Jika sekarang kita tidak berkumpul untuk merumuskan hakekat dan prinsip-prinsip, saya tidak tahu, kapan lagi kita akan dapat berkumpul."

Hassan menekankan, "Wajib bagi kita untuk saling tolong menolong. Negeri ini sedang dibangun dari awal lagi, sementara kita selalu bersikap pasif. Saya tidak katakan di tepi jurang, tapi kita berada jauh di belakang sejarah. Kita tidak membuat sejarah. Fiqih dan pemahaman macam apa seperti ini? Sungguh berbeda antara pemahaman realita dengan pemahaman tentang kewajiban."

Hassan juga menekankan bahwa seharusnya para ulama menampilkan keberadaannya saat krisis dan ujian terjadi di tengah para pemuda kita di Tahrir Square dan semua medan yang ada, untuk mengendalikan perasaan dan meluruskan emosi mereka sesuai Kitabullah Ta'ala.

Beliau tambahkan, "Saya mohon para ulama kami dan masyaikh kami, jika sekarang kita tidak berkumpul, kapan lagi kita akan berkumpul. Tidak mengapa saya salah dan tidak mengapa saya tergelincir, ini adalah masalah ijtihad. Dan masalahnya akan semakin buruk jika orang-orang mulianya menjauh. Boleh jadi orang yang memiliki ghirah terhadap agamanya kemudian terhadap bangsanya berupaya namun keliru dalam ijtihadnya, itu tidak mengapa, yang penting kita anggap mereka tetap saudara dan para ulama serta para tokohnya tetap berkumpul. Hendaknya kita buang fanatisme jahiliah yang tercela terhadap partai, jamaah, syaikh dan pandangan serta fatwa pribadi."

"Kita telah tinggalkan medan tersebut diisi oleh mereka yang tidak cakap berbicara atas nama Allah dan Rasul-Nya, dan kita tinggalkan medan untuk mereka yang di antaranya ada yang tidak dapat membaca satu pun ayat dalam Kitabullah, atau kita tinggalkan medan untuk mengingatkan kumpulan manusia dengan hadits-hadits Rasulullah."

Kami tegaskan bahwa kami tidak akan membiarkan seorang pun mengusik UU pasal 2 . Tidak layak kita selalu bersikap pasif. Kini kita wajib bergerak untuk berdakwah. Jangan sampai sekarang pada masa membangun, justeru kita bermental merusak atau merobohkan. Wajib bagi warga Mesir yang terhormat untuk tidak menjadi sebab terhalangnya program pembangunan."

Di lain pihak, DR. Hazim Syauman berkata, "Kejadian di Alexandria (pemboman gereja) terlaksana dengan tujuan untuk menimbulkan ketakutan di kalangan salafi, dan langkah berikutnya adalah mengikis habis kalangan salafi dengan berbagai cara. Revolusi ini butuh disikapi dengan sujud syukur kepada Allah. Jika anda ingin merubah keadaan, hendaknya anda bersikap realistis." [Islamedia]

sumber: 
http://al-ahkam.net/home/index.php?option=com_content&view=article&id=6304&catid=48